Disebuah malam yang
begitu gelap, disebuah keramaian dengan pakaian yang serba hitam. Terasa sesak
ditengah-tengah puluhan sepasang mata yang saling mengisi. Didepan tampak
sebuah pertunjukkan drama siap digelar, sesaat suasana pun mulai terasa hening,
sepi, dan hanya ada suara alunan musik yang begitu merdu.
Sepasang mata ini pun
seakan tak mampu berpaling dari setiap pertunjukkan yang mereka mainkan, hingga
membuatku terhanyut dengan suasana drama cinta. Lamunanku pecah, saat seorang
teman lama yang datang menemuiku ditempat itu, mengajakku keluar dan
membicarakan banyak hal.
Diluar langit pun
semakin gelap, gerimis turun, dan angin pun bertiup menembus kulit. Seorang
lelaki tampak berjalan dari kegelapan, dan dia pun tepat dihadapanku. Tapi
bukan menyapaku, melainkan teman yang duduk disebelahku. Mereka saling
tersenyum, bercanda, dan aku hanya bisa melihat dia bagai pemandangan yang
begitu indah.
Sang lelaki yang
memiliki sepasang mata yang indah, menyejukkan dan penuh arti saat dia mulai
menatapku. Kulitnya putih, rambutnya ikal, badannya tinggi, biarpun sedikit
kurus, tapi senyumnya begitu menawan. Saat tangan kami saling bersentuhan, dan
teman ku hanya tersenyum, saat kami menyebutkan nama dengan rasa gugup. Sebuah
rasa yang membuat jantung berdetak kecang, dan hati pun mulai diketuk dengan
rasa cinta. Rasa yang tumbuh, dari cahaya sepasang mata yang menyinari hati.
Waktu terus berjalan,
bulan mulai berganti, dan tetap di tahun yang sama. Sang lelaki mulai menunjukkan
rasa sukanya. Tak kenal lelah dengan jauhnya jarak yang ditempuh, hanya untuk
mengejar cinta. Dikota yang terasa asing baginya, dia mencariku hanya untuk
satu pesan yaitu “cinta”.
Hati ini pun tak
mampu berbohong, bahwa perasaan kami sama. Sang lelaki mengungkapkan rasa cinta
dengan sepenuh hati, jantung pun semakin berdebar-debar dibuatnya. Tapi kami
harus menjalani rasa rindu yang begitu panjang, karena jauhnya tempat dimana
kami tinggal. Saat sedih dan bahagiaku, kuungkapkan dalam sepucuk surat yang
kukirim kepadanya. Begitu pun dengannya, menuliskan semua perasaan isi hati yang dikirim
kepadaku.
Perjuangan kami untuk
bersama menemukan satu titik cahaya baru, saat dia memutuskan untuk tinggal
dikota yang sama denganku. Menjalani hari-hari sebagai sepasang kekasih,
biarpun keputusannya telah membuat penolakan yang begitu keras dari
keluarganya. Tapi kegigihannya mampu menunjukkan keyakinan kepada orang tuanya,
bahwa kota asing mampu membuatnya berubah.
Dia sosok lelaki yang pintar, dan pekerja keras. Begitu pun saat dia mampu meyakinkan
orang-orang terdekatku. Bahwa dia akan selalu menjaga dan melindungiku dengan
sepenuh hati. Rasa bahagia pun mampu kami tuliskan dalam setiap cerita.
Puisi-puisi cinta yang selalu diukirkannya mampu membuatku terhanyut, bagai
drama cinta yang telah kusaksikan.
2 tahun berlalu kami
menjalani rasa cinta yang begitu menyenangkan, tanpa ada sedikit pun celah
kegalauan yang mampu membuatku menangis. Sampai akhirnya sang lelaki jatuh
sakit, tanpa pernah aku tahu, bahwa selama ini penyakit terus menggerogoti
tubuhnya. Hanya dua alasan yang dia ucapkan kepadaku tentang sakitnya “ku tak ingin kau mengasihaniku,
dan ku tak ingin air matamu jatuh karena rasa sakitku”.
Didetik-detik
terakhir pun, dia masih mampu membuatku tersenyum dan bahagia, “cintaku pun hanya
kamu yang akan menerangi hatiku, bahkan sampai aku mati” ucapnya dengan lembut.
Cahaya sepasang mata itu pun semakin bersinar diakhir napasnya.
Langit siang itu
begitu mendung, bahkan hujan rintik-rintik pun jatuh. Begitu sunyi dan sepi,
hanya ada aku, keluarganya dan sang lelaki yang terbaring lemah dengan napas
yang hampir terputus. Dia semakin lelah, dan tangannya pun gemetaran, menahan
sakit saat jiwa itu akan pergi. Cahaya sepasang mata indah itu pun meredup,
begitu tenang, dan tersenyum dengan bebas diakhir cerita hidupnya.
Tangis pun pecah, dan
pikiran ini pun seakan kosong, saat kematian datang menjemputnya. Hati pun
mulai retak, karena cinta pertamaku dibawa pergi kepangkuan Tuhan. Dan cahaya
dari sepasang mata yang menyejukkan hatiku ini pun telah meredup untuk
selama-lamanya, yang tak akan mampu lagi menyinari sinar hatiku yang mulai
merasakan kesedihan. Sang lelaki kekasih hati, cinta pertama yang terindah pergi untuk selamanya.
Tak ada sehelai daunpun yang gugur tanpa diketahuiNYA
BalasHapusSemoga berjaya dalam GA bersama saya
Salam hangat dari Surabaya
Sama-sama Pakdhe..semoga sukses juga buat Pakdhe
HapusKisahnya sangat menyentuh Mbak... Selamat mengikuti kontes semoga suksed ya...
BalasHapusTerima kasih mak Rita
Hapusterkagum dengan pemilihan kata yang digunakan dalam tulisan indah ini
BalasHapussukses mak untuk GAnya
Terima kasih mbak.....
HapusMak... kisahnya sangat menyentuh.... jd ikutan melow...
BalasHapusSukses GA-nya ya mak...
Hehe...aku sendiri jadi berasa buka luka lama..mak
HapusTerima kasih sudah berkunjung
tangis yang tak bisa dibendung :)
BalasHapusgoodluck give away nya iyak...
terima kasih....
Hapusiya tangisan yang meyakitkan
Emaaakkkkkk
BalasHapusMenyentuh smpek kesini nih *nunjuk dada
Sukses ngontesnya ya mak
hehehe.....terima kasih mak
HapusEmaaakkkkkk
BalasHapusMenyentuh smpek kesini nih *nunjuk dada
Sukses ngontesnya ya mak
:'(((( menyentuh banget mbak, pemilihan katanya pas dan indah sekali. Sukses GA nya ya mbak.
BalasHapusTerima kasih mak Revi
HapusHmm..hiks..hiks..sukses ya mak
BalasHapusterima kasih..perlu tisuee mak..hehehe
HapusDuh, kisah cita pertama yg sedih & mengharukan... Sukses GA-nya ya Mak... :)
BalasHapusterima kasih mak....
HapusAllah lebih sayang dia ya mak ....
BalasHapusiya mak Kania...Allah ternyata lebih sayang padanya, diusia 25 dia sudah berpulang
HapusSalam kenal mak, tulisannya keren
BalasHapusSalam kenal juga mak. Terima kasih
Hapushiks..sedih banget Mak. Sukses GAnya ya Mak :)
BalasHapusMasa yang telah berlalu...memang menjadi kenangan menyedihkan
Hapusterima kasih