Judul Buku : Dahsyatnya Ibadah Haji
Catatan Perjalanan Ibadah di Makkah dan Madinah
Dok. Pribadi |
Penulis : Abdul Cholik
Penerbit : Quanta PT. Elex Media Komputindo
Tahun : Cetakan Pertama 2014
ISBN : 978-602-02-4810-3
Tebal : ix + 233 halaman
Harga : 47.630
Dok. Pribadi |
Sebagai seorang muslim tentu mempunyai
keinginan untuk bisa melaksanakan rukun islam ke lima yaitu menunaikan ibadah
haji. Begitu pun dengan saya sendiri, bahkan sebagai seorang anak, saya selalu
berkeinginan untuk bisa memberangkatkan Ibu terlebih dahulu ke tanah suci, yang
kini usianya sudah menginjak 52 tahun.
Alasan ini sama persis dengan yang
diutarakan seorang penulis bernama Abdul
Cholik dalam buku karangannya yang berjudul “Dahsyatnya Ibadah Haji”. Buku ini sangat menarik dan mudah dipahami
pembaca, karena dikemas dengan gaya bahasa yang sederhana. Saya pun terbawa
suasana saat membaca buku ini dari awal hingga akhir. Seakan seperti melihat
secara langsung tahapan-tahapan penulis dalam melakasanakan ibadah haji.
Dalam buku ini pun ada berbagai
tips yang diberikan penulis, dan memang sangat penting untuk diikuti bagi
pembaca ataupun calon jemaah haji. Supaya rangkaian ibadah pun berjalan dengan
nyaman dan tenang.
Dahsyatnya
Ibadah Haji adalah catatan perjalanan ibadah di Makkah dan
Madinah yang merupakan pengalaman langsung sang penulis Abdul Cholik dalam
melaksanakan rukun islam ke lima pada tahun 2006. Alasan yang mendasari penulis
melaksanakan ibadah haji disaat dirinya sudah pensiun dari kedinasan sebagai
seorang militer, itu dikarenakan sebuah keinginan untuk anak-anaknya
mendapatkan pendidikan yang layak terlebih dahulu. Bukan itu saja, penulis pun
mempunyai keinginan supaya sang Ibu yang pertama berangkat ke tanah suci.
Banyak sekali cerita seru dalam buku ini yang sangat menarik dan membuat saya terharu.
Kisah pertama ini dimulai dengan
berbagai persiapan penulis sebelum berangkat ke tanah suci. Dari bab 1 sampai
12, penulis menceritakan apa saja yang harus dipersiapkan. Sebagai calon jemaah
haji tentu saja, salah satu yang harus dilakukan adalah melengkapi berkas
administrasi dikantor Departemen Agama, sampai dengan memeriksakan kesehatan.
Manasik haji adalah salah satu
tahapan penulis dalam menyiapkan diri mengikuti rangkaian ibadah haji. Disini
calon jamaah haji bisa punya banyak pengetahuan tentang rukun, wajib, sunnah
dan proses perjalanan serta pelaksanaan haji.
“Mengingat kegiatan manasik hajin
ini sangat penting, maka saya menyarankan agar para calon jemaah haji rajin
mengikuti bimbingan di KBIH masing-masing”. (Halaman 5).
Disini penulis juga meyakini bahwa
sebelum berangkat berhaji harus bisa meluruskan niat.
“Saya dan istri perlu meluruskan
niat, yaitu naik haji hanya karena Allah atau naik haji sebagai ibadah. Niat
yang lurus ini sungguh sangat penting, agar ibadah yang akan kami laksanakan
sekali dalam seumur hidup ini mendapat ridha dari Allah SWT”. (Halaman 7).
Dengan niat itulah penulis berharap
dalam perjalanan haji mendapat kenikmatan yang luar biasa, serta barakah dan
diberi kekuatan lahir dan batin dari Sang Maha Kuasa. Dari tahapan bab awal
ini, saya bisa melihat bagaimana penulis menyiapkan segala sesuatu dengan baik
dan sederhana. Semua dilakukan tanpa perlu ribet dan biasa saja. Kan yang
terpenting adalah ibadah.
Penulis selalu berpikir apa yang
terpenting itu yang harus dibawa, seperti bawa uang tidak usah berlebihan,
paspor dan identitas lainnya disimpan ditempan yang aman, kamera serta
handphone dan semua itu bisa dimasukkan dalam satu tas yang bisa dikalungkan
dileher biar semuanya aman.
Bahkan penulis pun tidak banyak
membawa barang, karena itu bisa memenuhi bagasi, maka penulis pun membuat
checklist khusus yang isinya berupa pakaian, penutup kepala serta perlengkapan
penting lainnya, begitu pun dengan buku doa dan dzikir. Sedangkan barang yang sekiranya
bisa ditemukan ditanah suci, seperti peralatan mandi dan barang berat (muthu
dan cobek) tidak usah dibawa, karena itu bisa memperberat isi koper.
Dok. Pribadi |
Penulis sangat teliti betul dalam
menyiapkan segala keperluan yang akan dibawa ke tanah suci. Sampai urusan
menyiapkan tanda dalam koper pun dilakukan, supaya setelah berada disana tidak
kesulitan mencari barang sendiri, dan bisa menemukan semuanya dengan cepat.
Setelah semua persiapkan selesai
dan penulis menuju asrama haji untuk kemudian berangkat ke tanah suci dengan
jemaah lainnya. Setelah tiba di Jeddah, penulis pun memulai rangkaian ibadah
haji. Dibab 17 hingga bab 46, penulis menceritakan perjalanan ibadahnya yang
begitu nikmat dan luar biasa. Perjalanan pertamanya pun dimulai dengan
melakukan thawaf. Disini penulis mengingatkan supaya pria ataupun wanita
memanuhi peraturan saat berpakaian ihram.
Penulis beserta istri dan rombangan
lain pun melaksanakan thawaf di Masjidil Haram.
“Hati mulai berdebar-debar ketika
dari kejauhan tampak menara Masjidil Haram menjulang. Subhanallah, pelan-pelan
masjid yang dihiasi lampu terang benderang itu semakin dekat. Tak sabar rasanya
ingin segera masuk dan melihat Baitullah”. (Halaman 54-55).
Disini saya dibuat terharu,
merinding akan keinginan yang semakin kuat, untuk bisa pergi ketanah suci dan
melaksanakan ibadah di Masjidil Haram. Menyuarakan takbir, doa dan dzikir
disini.
Penulis pun menceritakan
perjalanannya yang penuh dengan perjuangan, berdesak-desakan dengan
berpuluh-puluh ribu jemaah dari seluruh dunia. Penulis dan istri tak kuasa
menahan tangis, yang pada akhirnya bisa melihat Kakbah secara langsung. Penulis
pun memulai ibadahnya, dengan mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali disertai
doa. Keinginan penulis untuk mencium Hajar Aswad yang merupakan Sunah
Rasulullah SAW, harus dilalui dengan penuh perjuangan. Karena semakin mendekati
Hajar Aswad, desakan-desakan jemaah haji semakin kuat, sang istri sampai
terjepit, maka penulis pun tidak bisa mencapai Hajar Aswad.
“Dengan menghadap dinding Kakbah
yang disebut Multazam, kami berdoa dengan khusyuk. Alhamdulillah, thawaf sudah
kami laksanakan dengan lancar dan selamat”. (Halaman 63).
Perjalanan penulis pun dilanjutkan
dengan melaksanakan sa’i, yang tempatnya masih berada dalam lingkungan Masjidil
Haram, dengan menuju bukit Shafa. Disana pun penulis melaksanakan sa’i dari
Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali perjalanan. Disini penulis menyarankan
untuk menggunakan karet gelang, supaya tidak salah hitung dalam melaksanakan
ibadah ini. Setelah itu penulis pun mulai melakukan Tahallul yaitu berupa
memotong rambut, tapi disini penulis tidak memotong rambutnya sampai gundul.
Selama berada di Jeddah, Maktab
bagaikan rumah bagi penulis. Karena disinilah penulis tinggal, dan melakukan
berbagai aktifitas selama melakukan ibadah haji. Banyak kegiatan yang dilakukan
penulis, baik itu rutin melaksanakan shalat di Masjidil Haram, jalan-jalan
menikmati suasana disekitar Maktab, menikmati makanan, mencuci dan sebagainya.
Itu dilakukan sembari menunggu ibadah selanjutnya, yaitu wukuf di Arafah.
Penulis menceritakan, bahwa selama
menjalankan ibadah penting sekali untuk selalu menjaga kesehatan dan kebugaran.
Menjaga pola hidup sehat sampai nanti melakukan puncak ibadah haji pada tanggal
9 Zuhijah. Disini penulis berbagi tips menjaga kesehatan selama beribadah haji,
mulai dengan Makan secara cukup dan bergizi, minum secara cukup, pakai jaket
saat musim dingin, sampai dengan memeriksakan kesehatan, kalau sekiranya badan
sudah terasa tidak enak.
Dok. Pribadi
Setelah dua minggu berlalu,
akhirnya penulis menyiapkan diri untuk melakukan inti dari ibadah haji, yaitu
wukuf di Arafah. Kehadiran jemaah di Arafah merupakan suatu kewajiban, maka
sudah tentu seluruh jemaah haji termasuk yang sedang sakit harus berangkat, tak
perlu khawatir, karena bagi jemaah haji disipkan ambulans.
Penulis dan seluruh rombongan yang
sudah berpakaian ihram menuju Arafah dengan menggunakan bus. Disini penulis
tidak henti-hentinya bersyukur, karena masih bisa duduk dengan nikmat dalam bus
yang ber AC. Karena diluar sana banyak jemaah haji yang berdesak-desakan dan
berpanas-panasan menggunakan truk menuju Arafah.
Dipadang Arafah penulis serta
seluruh jamaah haji lainnya tinggal bersama dalam tenda. Banyak sekali yang
dilalui penulis selama di Arafah, salah satunya yaitu banyak jemaah haji yang
tidak mendapat jatah makan. Tapi dengan inisiatif sesama jemaah haji, mereka
pun memasak mie instan.
Prosesi Wukuf di Arafah pun
dimulai, disini saya dibuat merinding saat membacanya. Karena disaat itu
penulis mencurahkan segala isi hatinya, dari setiap perilaku dan perbuatannya
selama ini.
“Saat wukuf inilah air mata tak
terbendung. Sungguh, saya benar-benar menangis. Ingat segala kesalahan,
kelalaian, dan dosa-dosa yang pernah saya buat. Utamanya ketika masih muda dulu”.
(Halaman 118).
Disini penulis menceritakan,
bagaimana dahulu sewaktu muda dirinya selalu bersikap bandel dan nakal, yang
terkadang sampai menyakiti orang tuanya. Bahkan disaat diminta pertolongan oleh
orang tua atau kakek neneknya, penulis selalu menghindar dengan berbagai
alasan.
Penulis pun tak bisa membendung air
matanya lagi mengingat semua perbauatan yang telah dilakukannya selama ini, dan
memohon pengampunan atas segala kesalahannya.
“Ya Allah, ampunilah segala dosaku,
baik dosa besar maupun dosa kecil, dosa yang saya sengaja maupun tidak, yang
kelihatan maupun samar-samar, dosa masa lalu, sekarang dan yang akan datang”.
(Halaman 122).
Kemudian penulis pun melanjutkan
rangkaian ibadah haji dan berangkat menuju Muzdalifah, dan akhirnya menetap di
Mina. Disini penulis juga menceritakan bagaimana tak sedikit perjuangan yang
dilaui, tapi begitu nikmat rasanya. Dari mulai antre cukup lama untuk masuk
bus, sampai jalan tempuh yang dilalui menuju mina cukup jauh.
Dok. Pribadi |
Setelah itu penulis melakukan
lempar jumrah, dengan melalui terowongan Mina. Disini penuh sesak dengan jemaah
haji, tapi biarpun begitu, penulis, istri serta seluruh jemaah bisa
meyelesaikan lempar jumrah dan berdoa, hingga akhirnya kembali kemaktab serta
melakukan tahallul (potong rambut). Lempar jumrah pun dihari kedua dilakukan
penulis di malam hari dan dihari terakhir dilakukannya pada siang hari. Biarpun
terik matahari menyegat, itu tidak melunturkan semangat penulis dan jemaah
lainnya dalam melakukan rangkaian ibadah yang nikmat luar biasa.
Seperti yang kita tahu, bahwa
dibalik perjalanan ibadah haji menyimpan banyak cerita, baik itu haru, bahagia dan
lainnya. Begitu pun dengan apa yang dialamin penulis, bahwa disaat melakukan
lempar jumrah, dirinya tersesat saat akan pulang ke maktab. Oleh karena hafal
jalan menuju maktab, maka penulis beserta istri yang beristirahat untuk minum,
kehilangan rombongan. Bahkan penulis pun hilir mudik selama satu jam lebih,
karena dirasa sudah terasa kelelahan, akhirnya penulis pun mengucapkan
istighfar dan memohon ampun serta petunjuk, penulis pun bisa menemukan
makhtabnya.
“Kepada saudara-saudara yang akan
berangkat menunaikan ibadah haji, hindari kesombongan walau hanya sebesar biji
sawi”. (Halaman 148).
Setelah di Mina, penulis pun
kembali ke Makkah, karena ada satu ibadah lagi yang harus dilakukan, yaitu
thawaf wada yang dilaksanakan sebanyak tujuh kali mengelilingi Kakbah. Dan
akhirnya rangkaian ibadah haji pun bisa dilalui penulis dan istri dengan
lancar, aman dan tertib sesuai tuntunan.
Pada bagian akhir yaitu bab 47
sampai 61. Penulis pun melanjutkan perjalanan ke Madinah, ternyata jalan yang
ditempuh pun tidak sedikit, karena membutuhkan waktu 4 sampai 5 jam. Disini
seluruh jamaah melaksanakan shalat arbain berjemaah di Masjid Nabawi.
“Selama berada di dalam Masjid Nabawi
tak henti-henti kami mengagumi kemegahan dan keindahan masjid ini. Ada sebagian
atap yang bisa dibuka. Dimesjid Nabawi terdapat suatu tempat yang selalu ramai
dikunjungi para jemaah haji. Tempat itu bernama Raudhah”. (Halaman 164).
Disini saya semakin terpancing
untuk bisa pergi ke Makkah dan Madinah. Bagaimana tidak?, dalam buku ini saya
disuguhi dengan berbagai foto keindahan Makkah dan Madinah yang luar biasa.
Foto perjalanan penulis mampu memancing kesedihan saya, yang selalu bertanya
dalam hati, “Kapankah panggilan itu akan datang kepada saya?”.
Selama di Madinah, penulis pun
banyak melakukan doa dan ibadah, seperti shlat wajib, shalat sunnah, membaca
Al-Quran, berdzikir, perbanyak sedekah, serta amalan lainnya. Bahkan bukan itu
saja, disela-sela ibadah, penulis pun banyak melakukan ziarah dan rekreasi,
seperti mengunjungi makam, masjid, tempat bersejarah dan objek lainnya.
Perjalanan ibadah haji memang
sangat menarik untuk bisa dilakukan, begitu pun dengan apa yang ada di dalam
buku “Dahsyatnya Ibadah Haji”, banyak
sekali pengalaman seru dan menakjubkan penulis dalam buku ini, yang bisa
membuat saya banyak mendapatkan poin penting, ilmu dan rasa keinginan yang kuat
untuk segera melakukan ibadah haji.
Sebagaimana dalam Al-Quran Surat
Ali Imraan ayat 96-97, yang berarti :
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)
manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia. PAdanya terdapat tanda-tanda yang nyata,
(diantaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlan
dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.”
Ada beberapa poin penting yang bisa
saya ambil setelah membaca buku ini :
- Persiapkanlah mental, materi dan niat dengan sebaik mungkin. Jadikanlah berhaji adalah sebagai sebuah ibadah karena Allah SWT, bukan karena pujian.
- Bawalah barang-barang secukupnya dan tidak usah berlebihan.
- Banyaklah berdzikir, berdoa dan perbanyak istighfar.
- Ibadahlah dengan baik, dan laksanakanlah tahapan ibadah haji dengan teratur, sehingga bisa menciptakan ibadah yang aman, nyaman dan tertib.
- Manfaatkanlah waktu selama ditanah suci dengan banyak beribadah, berdoa dan sedekah.
Beribadah haji adalah keinginan dan
harapan setiap muslim untuk bisa melaksanakannya. Semoga panggilan itu segera
datang kepada saya dan keluarga, menginjakkan kaki di tanah suci dan beribadah
dengan aman dan nyaman tanpa hambatan sedikit pun.
ARTIKEL
INI DIIKUTSERTAKAN PADA LOMBA MENULIS
RESENSIBUKU DAHSYATNYA IBADAH HAJI
sangat ingin ke tanah suci bersama keluarga, pasti nikmat banget apalagi kalau sudah berkeluarga :)
BalasHapussemoga sukses lombanya ya Mba :)
mampir2 jgn lupa :)
terima kasih..semoga mimpinya terwujud ya
Hapuskeren sekali bukunya pakde yang satu ini, berasa pengen haji juga... mulai nabung aaah
BalasHapusiya neh tambah terharu juga..merinding kalau dengar cerita tentang Kakbah
Hapus