Ilustrasi Gerbang Sekolah (Dokumen Pribadi) |
Untuk membaca part 2 baca DISINI
Untuk membaca part 3 baca DISINI
Erwin mulai mencari tahu banyak hal tentang pamannya, yakni Joni. Dia pun mendatangi Ayahnya di rumah.
"Assalamualaikum beh". Salam Erwin sambil sun tangan pada Ayahnya.
Seketika Ayahnya meneteskan air matanya, memeluk putra kebanggannya itu dengan hangat. "Ya Allah, bapak mimpi apa semalem?, Erwin sudah insyaf, ga hai hai lagi, alhamdulillah" ucap Ayahnya.
Ternyata kebiasaan Erwin yang sok gaul dan pecicilan perlahan sudah menghilang, sikapnya mulai berubah semenjak pindah sekolah dan tinggal di asrama. Salam dan sun tangan menjadi awal baru yang indah bagi kedua orang tuanya.
"Beh, boleh ga Erwin tanya sesuatu?"
"Tentang apa nak?"
"Paman Joni"
"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan pamanmu nak?"
"Beh, saya harus tahu jelas, benarkah dia paman Erwin, yang selama ini saya anggap baik dan lembut".
"Saya tahu kamu nak, apa yang sedang kamu sembunyikan?"
Erwin pun menceritakan banyak hal kepada Ayahnya, dari bertemu perempuan, mengawasi sekolah, hingga pencarian jejak dari mimpi. Yang akhirnya, menemukan banyak hal tentang pamannya.
Sungguh terkejutnya Erwin, bahwa selama ini Bapaknya sedang mencari tahu tentang bisnis yang dijalani adiknya itu. Karena, adiknya ini mempunyai sifat yang berbeda dengan adik-adik lainnya. Terlalu egois, sombong, serakah dan berambisi. Sebagai seorang Kakak, Ayah Erwin tidak mau kalau dia terperosok pada dunia hitam, karena ambisinya untuk menjadi orang kaya dengan cara mudah.
***
Erwin bersama ketiga temannya, yakni Asep, Doni, dan Iwan mulai melakukan penyelidikan ala-ala detektif. Mulai mengikuti pamannya, Joni. Hingga mengecek keberadaan rumah nenek Putri, dan yang paling menegangkan melihat sekeliling toilet di malam hari.
"Kita cari apa seh sebenernya disini Sep?, merinding tahu", tanya Iwan.
"Udah, lihat saja sekeliling kamu, ada yang mencurigakan ga?"
"Terus, c Erwin sama Doni, pada kemana sekarang?"
"Di rumahnya Putri"
Sosok putih mendekati Iwan, tapi dia tidak menyadarinya. Iwan hanya sibuk melihat sekitar toilet, dan dia melihat setumpuk kayu tak terpakai, disana terlihat baju yang sudah lusuh, dan baunya begitu menyengat. Bayangan putih itu menepuk bahu Iwan, tapi dia pikir itu adalah Asep.
"Bentar sep, ini baju bau banget, kok baru lihat ya, perasaan tadi siang kita kesini, ga ada loh". Tapi saat Iwan berbalik, tidak ada siapa pun didekatnya. "Eh si Asep kemana ya, cepet juga tuh anak ngilangnya".
"Itu baju saya" ucap suara perempuan, yang sempat membuat Iwan menjerit.
"Kita cari apa seh sebenernya disini Sep?, merinding tahu", tanya Iwan.
"Udah, lihat saja sekeliling kamu, ada yang mencurigakan ga?"
"Terus, c Erwin sama Doni, pada kemana sekarang?"
"Di rumahnya Putri"
Sosok putih mendekati Iwan, tapi dia tidak menyadarinya. Iwan hanya sibuk melihat sekitar toilet, dan dia melihat setumpuk kayu tak terpakai, disana terlihat baju yang sudah lusuh, dan baunya begitu menyengat. Bayangan putih itu menepuk bahu Iwan, tapi dia pikir itu adalah Asep.
"Bentar sep, ini baju bau banget, kok baru lihat ya, perasaan tadi siang kita kesini, ga ada loh". Tapi saat Iwan berbalik, tidak ada siapa pun didekatnya. "Eh si Asep kemana ya, cepet juga tuh anak ngilangnya".
"Itu baju saya" ucap suara perempuan, yang sempat membuat Iwan menjerit.
***
Berbeda dengan Iwan dan Asep. Erwin dan Doni mengalami kejadian tak menyenangkan, mulai disangka maling, hingga dikejar anjing penjaga rumah Joni. Tapi, akhirnya Erwin dan Doni, sampai di gubuk kebun Jati, dan melihat banyak tumpukan dus, seperti barang baru, karena sewaktu dia menemukan kamera, dan lewat kesana, tak ada apa-apa.
Erwin dan Doni melihat sekeliling, perlahan masuk ke gubuk itu. Dan membuka satu demi satu tumpukan dus, "cepat telpon Asep dan Iwan, Don". Dengan tangan gemetaran, Doni buru-buru menelepon Asep, untuk cepat datang ke gubuk. Tapi, mereka dikejutkan dengan kedatangan Kang Udin dan Joni.
"Eh Win, ngapain kamu disini?" tanyanya dengan tenang.
"Eh ini, ga kok, lagi jalan-jalan malem saja om" jawabnya dengan gugup.
"Terus ngapain kamu buka-buka itu" tanya Joni sambil menarik kerah baju Erwin.
Doni ketakutan melihat Joni yang terus saja menarik baju Erwin. Dia mencoba melarikan diri untuk meminta bantuan, tapi ditahan oleh Kang Udin.
"Jadi, kamu teh sudah tahu semuanya ya Don" tanya Udin.
Dalam hati Doni, dia berkata "saya bisa melawan dia". Dengan secepat kilat, Doni pun melawan kang Udin yang ternyata juga jago silat. Doni mengajaknya berduel di luar. Tapi, sayang Doni terpojok, karena Joni sedang mengarahkan pistol ke kepala Erwin. "Kalau kamu menyerah, temanmu selamat" ucap Joni.
"Kamu teh keterlaluan banget mang Joni, itu teh kan ponakan kamu sendiri, emang tega kamu bunuh" ucap Doni.
"Kenapa enggak?, saya saja tega bunuh nenek tua dan gadis seumuran dia, apalagi anak kesayangan kakak kandung saya"
Erwin terkejut dengan ucapan pamannya, dia menahan tangis, dan gemetaran. Pamannya sendiri mengakui perbuatannya, padahal dia berharap bahwa itu semua tidak benar. Doni pun terjatuh, dipukul kayu oleh Kang Udin, kepalanya berdarah, dan berusaha bangkit untuk menolong temannya, tapi dia kembali terjatuh ditendang Kang Udin.
"Jangan pukul Doni lagi om, saya mohon" ucap Erwin.
Tapi, pamannya tidak mendengarkan, saat Kang Udin hendak memukulkan kembali kayu itu, Asep datang dan menghajar Kang Udin dengan cepat. Dengan beberapa jurus saja, kang Udin langsung terjatuh tak sadarkan diri. Erwin yang melihat itu langsung dibuat takjub dengan kemahiran bela diri dari Asep. Joni mengancam akan segera menembak kepala Erwin, tapi dia tidak sadar bahwa di belakangnya sudah ada Iwan yang memukul kepala Joni hingga terjatuh.
Erwin pun selamat, dan masyarakat berdatangan, termasuk Ayah Erwin dan Ibunya. "Syukurlah kamu selamat nak" tangis Ibu Erwin pun pecah.
Kang Udin dan Joni pun ditangkap oleh polisi, ternyata mereka berdua sudah diawasi beberapa minggu belakangan, karena terlibat penggelapan senjata. Mereka pun mengakui telah membunuh gadis bernama putri dan neneknya dengan sadis. Karena, mereka mengetahui dan punya alat bukti, berupa foto dan rekaman, saat Joni sedang melakukan transaksi penjualan senjata di belakang sekolah.
***
Malam itu rupanya rembulan sedang malu-malu menampakkan cahayanya, hanya angin yang bertiup cukup kencang, dihiasi rintik-rintik hujan. Suasana desa Sukaresmi begitu sangat hening di malam Jumat. Hanya ada burung hantu yang bernyanyi dan lolongan anjing yang membuat suasana malam semakin merinding.
Malam itu Asep dan Erwin kembali ke sekolah, untuk mengambil semua alat CCTV yang mereka pasang. Pikiran Erwin melayang kemana-mana, kadang ingat pamannya yang tega mau membunuhnya, ingat rasa penyesalan, karena putri mati di tangan pamannya. Tapi, ada yang sedikit mengganjal dalam hatinya, karena mayat Putri dan neneknya belum ditemukan. Sedangkan Joni dan kang Udin tidak mau memberitahu, karena mereka ingin terlebih dahulu disiapkan pengacara.
Erwin terduduk di pos depan sekolah bersama Asep dalam heningnya malam.
"Erwin erwin erwin erwin" panggil seseorang.
Asep yang sudah merasakan sesuatu yang aneh, langsung berdzikir dalam hati untuk dikuatkan dan bisa menjaga Erwin. "Jangan kamu jawab panggilan itu Win, ayo kita pulang" ajak Asep sambil menarik tangan Erwin.
Sosok bayangan putih menghampiri Erwin dan Asep, berbaju putih, berkulit pucat, dan berambut panjang. Tapi, sosok itu hanya membelakangi Erwin dan Asep. "Kamu putrikan?" tanya Erwin.
Ketika Asep terus berdzikir, sambil memegang tangan Erwin. Erwin malah mengajak sosok itu bicara, dan perlahan perempuan berbaju putih melayang di hadapan mereka menuju sekolah. Melewati gerbang sekolah dan menuju ke arah toilet. Erwin mengejarnya, begitu pun dengan Asep.
Sosok itu pun sudah di dalam toilet dan berpindah dengan cepat ke belakang toilet, Asep terlihat cemas dengan kondisi Erwin yang takut kerasukan lagi. Asep sudah memahami apa yang sedang diperlihatkan hantu perempuan itu. Dan dia pun menelepon Doni, untuk secepatnya mengumpulkan warga.
"Saya sudah memahami apa yang sedang kamu tunjukkan, kami akan segera membongkar tempat ini secepatnya, dan menguburkan kalian dengan layak. Saya dan anak asrama lainnya, akan mengadakan tahlilan untuk ketenangan kalian, dan memberitahu orang tua kalian". Ucap Asep.
Sosok hantu lainnya mendekat, dan membuat kaget Asep dan juga Erwin. Dia baru tersadar dengan sosok hantu kedua yang menyeramkan. Erwin hampir terjatuh karena lemas, tapi Asep menahannya. "Istighfar Win, baca doa, yakin sama Allah SWT". Erwin pun menuruti semua ucapannya, dan perlahan kedua hantu menghilang dari pandangan mereka berdua.
***
Pagi sekali, masyarakat beserta polisi setuju untuk membongkar toilet sekolah, dan sekarang hanya bau busuk yang tercium. Mereka semua kaget luar biasa, karena mayat Emak Ellah ada di bawah lantai kamar mandi, sedangkan putri ada di belakang toilet. Bau amis menjadi pertanda bahwa disana ada 2 mayat yang terkubur.
Dalam kesaksiannya, Joni mengungkapkan bahwa emak Ellah telah tahu terlebih dahulu akan penggelapan senjata yang dilakukannya, karena dia tidak sengaja melihat langsung di kebun jati saat hendak mencari kayu. Karena, mendapat ancaman, emak Ellah tidak berani melapor. Saat cucunya datang, dia bercerita, dan ikut menyelidiki, tapi Joni keburu tahu Putri akan ikut campur, jadi diapun membunuh nenek dan menyiksa putri.
Dan Kang Udin adalah pengikut setia Joni, yang juga ikut menyiksa Emak Ellah dengan sadis. Bayangan yang dilihat Asep dan kawan-kawan pertama kali, bukanlah hantu, melainkan kang Udin yang membawa mayat, dan langsung menguburkannya di toilet yang sedang dia kerjakan.
Udin pulalah yang menyebarkan isu tentang hantu, sampai akhirnya hantu benaran itu pun muncul dan membuat penasaran Erwin dan kawan-kawannya.
***
Satu bulan berlalu.
Siang yang teduh, angin yang sejuk, dan wangi bunga-bunga melati yang bermekaran di makam Putri. Duduklah Erwin dengan setangkai bunga mawar yang dia simpan di pusara Putri.
"Put, ada memori indah tentangmu dalam hati dan pikiranku tentangmu yang begitu manis. Biarpun kau bertemu denganku dalam sosok yang tak nyata, aku memahami akan dirimu yang begitu baik dan tulus. Maafkan keluargaku ya, saya pastikan dia mendapatkan hukuman yang setimpal". ucap Erwin dengan menahan tangis.
"Win, saatnya kita pulang, putri dan neneknya sudah tenang sekarang. Desa kita tak akan ada lagi cerita hantu yang dulu tak pernah kamu percaya" ajak Asep. Erwin pun beranjak, dan dirangkul oleh ke 3 sahabatnya.
***
Hari kelulusan menjadi hari paling istimewa buat Erwin dan kawan-kawannya. Biarpun dia lulus menjadi siswa di sebuah desa terpencil, tapi banyak hikmah yang telah Erwin dapat. Dari ilmu agama yang dia tekuni, keyakinan akan Tuhan dan kekuatan doa. Dan kini pun Erwin telah jago bela diri, dengan gurunya, yang tak lain adalah Asep.
Erwin pun semakin menghargai sopan santun kepada orang tua, dan menghormati mereka sepenuh hati. Memiliki sahabat-sahabat terbaik, yang selalu ada disaat Erwin sedang terpuruk. Tapi, hanya satu yang kurang, Erwin masih saja resah dan kesepian, karena tidak juga mendapatkan pacar. Semenjak kejadian hantu dan kasus yang menjerat pamannya, semua perempuan merasakan ketakutan. Karena, ternyata Erwin memiliki indra keenam, yakni bisa melihat wujud yang tak kasat mata. Saat itulah perempuan merasakan, kalau Erwin menjadi sangat aneh.
"Saat lulus begini, gw pun masih menjomblo, apa kata dunia?" keluah Erwin.
"Sudahlah Win, jodoh pasti ketemu" ucap Asep, yang diiyakan oleh Iwan dan Doni.
Mereka berempat pun tertawa bersama dalam rasa persahabatan dan kebersamaan. Dalam keceriaan menyambut kelulusan dan hidup yang baru.
SELESAI
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini dari part 1 sampai akhir, mohon maaf apabila ada salah-salah kata. Atau bahkan kesamaan tokoh, tempat, dan nama. Karena itu tanpa disengaja, ini hanyalah cerita fiksi. Terinspirasi dari hantu-hantu yang pernah saya lihat tanpa sengaja. Dan akhirnya, jadilah cerita Peghuni Gerbang Sekolah.
akhirnya keluar juga nih episode terakhirnya...dan Erwin berhasil mengungkap kejahatan yang pelakunya justru pamannya sendiri...
BalasHapus*terima kasih mbak Lis, ditunggu cerita lainnya ya... :)
mak ikutan lomba fabercastle sj...temanya misteri... tp link-nya sy lupa simpan...cb cr sj di mbah dukun...eh mbah google... hihi
BalasHapusWooo..lain kali ceritanya 'interview with the ghost', hantunya diajak kenalan trs diajak cerita2..wkwk
BalasHapusWiiih... hororrr...
BalasHapusJadi inget gumpalan rambut yang tiba-tiba nungul. Eh,...
Horeee... akhirnya tamat baca ini. Berdasarkan hantu yang pernah terlihat? Wuih... sereeeem. Mak Lis jagoan. Aku mah boro2 bisa nulis cerita begini sampe tamat, baru ngebayangin aja udah muriding bulu punduk. Ih.... *kabuuuur* :)))
BalasHapusnovel misterinya bagus mak.. baca langsung ke part terakhir. hehehe
BalasHapusditunggu cerita lainya, sukses terus
BalasHapus