Ilustrasi rumah (dokumen Pribadi) |
Memasuki musim haji, banyak masyarakat
beragama Muslim yang kembali memikirkan bagaimana cara untuk dapat pergi ke
tanah suci. Terkadang, keinginan untuk melaksanakan ibadah tersebut datang
bersamaan dengan keinginan untuk memiliki rumah untuk keluarga.
Hal tersebut menjadi dilematis ketika Anda
harus memilih salah satunya karena kondisi keuangan yang hanya cukup untuk
memenuhi satu kebutuhan saja: membeli rumah atau berangkat haji. Di satu sisi,
naik haji merupakan salah satu kewajiban karena merupakan ibadah yang amuk
dalam rukun Islam. Sementara memiliki rumah juga penting untuk masa depan untuk
keluarga, karena memberikan hunian untuk tinggal juga menjadi tanggung jawab
kepala keluarga.
Lalu, manakah yang harus dipilih untuk
dilakukan terlebih dahulu? Apakah naik haji atau membeli rumah?
Sudut
Pandang Keuangan
Dari sudut pandang keuangan dan ekonomi,
membeli rumah perlu didulukan. Hal ini karena rumah merupakan salah satu hal
yang perlu dimiliki dan menjadi salah satu kebutuhan premier setiap orang di
samping sandang dan pangan.
Perlu diingat bahwa properti juga merupakan
investasi yang terus naik nilainya. Siapa tahu ketika setelah beberapa tahun
membeli rumah, nilai investasi rumah yang dibeli sudah menguntungkan, dan bisa
digunakan untuk beribadah haji.
Sudut
Pandang Agama
Membeli rumah dan juga pergi berhaji merupakan
hal yang harus dilakukan untuk menghindarkan diri dari keburukan. Dan dalam
Islam, jika dua hal seperti kasus di atas bertabrakan, maka ada hal yang harus didahulukan.
Dan hal yang harus didahulukan adalah hal yang lebih kuat.
Bagi kepala keluarga tentunya menyediakan tempat
berlindung untuk keluarga merupakan keharusan. Namun, untuk memberikan tempat
tinggal, tidaklah perlu membeli rumah. Bisa dengan mengontrak rumah, sewa apartemen,
atau ikut tinggal sementara dengan keluarga besar.
Kalau misalkan saya nih ya berhubung belum punya rumah ya beli rumah aja dulu ya.. tapi kalau sudah punya rumah ya naik haji dong.. ehh sebentar, bukan saya ah yang naik haji nya orang tua saya aja dulu :-)
BalasHapusPilihan yang sulit ya. Kalau aku pribadi, yg orientasinya masih dunia, sepertinya pilih punya rumah dulu. Tapi pengalaman tinggal di Kalsel, orang2 Banjar itu lebih memilih pergi haji lho, meski rumah mereka masih gubuk. Makanya kuota haji Kalsel terbesar di Indonesia, sekitar 26 tahun nunggunya kalo ga salah.
BalasHapusRumah? Saya banget nih. kebetulan lagi bolak-balik ngurusin dokumen pembelian rumah.
BalasHapusKarena dana terbatas mau tidak mau ambil yang cicilan.
Kalau saya pengen dua2nya. Tapi kalau misalnya ada uang duluan, mungkin buka tabungan haji dulu meski nominalnya tdk besar. Lalu saya beli rmh, sembari mengisi tabungan haji. Maksudnya kalau2 saya tidak bisa kembali dari tanah suci krn meninggal gtu, senggak2nya anak2 saya udah saya tinggali tempat utk berteduh.
BalasHapusKalo saya sih punya rumah dulu, why? Karena yakali entar pas pulang haji mau tinggal dimana? Mertua? Ngontrak? No!
BalasHapusSalam www.travellingaddict.com
Alhamdulillah, teh...
BalasHapusKami (saya ikut pendapat suami) memilih naik haji dulu.
Kami tinggal di perantauan, jauh dari orang tua dan in syaa allah mantap memilih haji dengan masa tunggu 12 tahun.
Benar teh,
pilihannya adalah...kami mengontrak rumah dahulu untuk berlindung.
Semoga Allah memberi petunjuk atas setiap keputusan yang diambil.
aamiin.
Salam kenal, teteh.
kalau dikasih pilihan seperti itu, agak susah juga nih milihnya. Dua-duanya termasuk hal yang penting. Tapi, kalau menurut aku lebih baik rumah dulu (kalau memang belum punya rumah). Karena rumah itu kan tempat kita tinggal. Setelah punya rumah, sambil nabung lagi dan berdoa supaya dicukupkan buat pergi haji.
BalasHapus