[Keuangan] Terbayang tidak kalau kebutuhan bahan pangan semakin menipis, apa yang akan terjadi? Sedangkan pertumbuhan penduduk semakin bertambah, tentu ini akan menjadi masalah bagi perekonomian bangsa. Apalagi pangan sudah menjadi kebutuhan paling dasar dari manusia. Dan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menghadirkan Jakarta Food Security Summit ke 4.
Mewujudkan ketahanan pangan nasional
Menurut Wikipedia.org, Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidakstabilan ekonomi, peperangan dan sebagainya. Penilaian ketahanan pangan dibagi menjadi keswadayaan atau keswasembadaan perorangan (self-sufficiency) dan ketergantungan eksternal yang membagi serangkaian faktor risiko.
Ketahanan pangan disuatu negara tentunya harus terpenuhi, apalagi pangan memegang peranan penting Dimana pangan memegang kebijakan penting dan strategis di Indonesia, baik itu secara sosial, ekonomi dan politik. Pangan addalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik itu yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
Untuk mendukung peningkatan produktivitas sektor pangan sekaligus mensejahterakan para petani selaku aktor utama dalam mencapai ketahanan pangan nasional. Maka dari itu, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indoonesia melalui bidang agribisnis, pangan dan kehutanan, bidang penngolahan makanan dan industri peternakan, serta bidang kelautan dan perikanan memprakarsai Jakarta Food Security Summit ke 4 (JFSS ke 4). Acara ini diselenggarakan pada tanggal 8 sampai 9 Maret 2018 di Jakarta Convention Center Jakarta. Pada pembukaan JFSS ke 4, acara dihadiri dan diresmikan langsung oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang menggantikan Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.
Selain itu, acara juga dihadiri oleh KADIN, DPR, Duta Besar negara sahabat, badan internasional diantaranya Food and Agriculture Organization, International Fund For Agricultural Development, perusahaan nasional dan multinasional, organisasi masyarakat sipil, peneliti, serta kalangan akademik dan tentunya para petani serta pegiat koperasi.
Pembukaan JFSS 4 sendiri dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya diiringi paduan suara dari mahasiswa Universitas Trisakti. JFSS 4 sendiri mengambil tema "Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan da Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan". Hadir dalam acara ini, Joan F. Adoe selaku ketua panitia JFSS 4 dan Rosan P. Roeslani selaku Ketua Umum KADIN Indonesia yang memberikan sambutan pada acara pembukaan JFSS 4.
Acara yang dibagi ke menjadi 2, yakni seminar dan dialog, serta adanya pemaparan KADIN di sektor pertanian, perikanan dan perkebunan dan tentunya pameran pangan, juga dihadiri 1510 delegasi yang hadir dalam acara pembukaan, seperti yang diungkapkan Joan F Adoe dalam sambutannya. Penyelenggaraan acara ini juga bertujuan ekspor dan transformasi yang dikerjakan beserta petani, koperasi dan lembaga-lembaga usaha, serta pesantren.
Penyelenggaraan JFSS 4 ini bukan saja mengingat pentingnya sustainnability kebijakan pemerintah dalam mendukung pengusaha Indonesia untuk terus berinvestasi dan berdagang, tapi juga mewujudkan ketahanan pangan dan komitmen KADIN, supaya bisa mensejahterakan petani. Apalagi pertanian dapat menjadi leading untuk memperkecil kesenjangan ekonomi dengan memperhatikan kesejahteraan petani yang menjadi penentu dalam ketahanan pangan. Maka dari itu dunia usaha harus terus mendorong pengembangan inovasi dan kemitraannya.
Penyelenggaraan JFSS sejak awal memang dimaksudkan sebagai wadah dimana sektor swasta, bersama pemerintah, oraganisasi masyarakat sipil, badan internasional, kalangan akademik dan tentunya para petani, dapat bersinergi dalam meningkatkan produktivitas pangan nasional. Beriringan dengan meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus praktik pertanian yang semakin efisien dan ramah lingkungan.
Masalah ketahanan pangan bukan saja ada di Indonesia, melainkan sudah menjadi masalah dunia. Mengingat jumlah penduduk semakin meningkat, artinya kebutuhan pangan akan terus menerus. Seperti yang diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, masalah ketahanan pangan juga merupakan masalah dunia. Namun, bisa diatasi jika menyelesaikannya dengan teknologi yang maju. Ada banyak tantangan yang dihadapi pertanian. Apalagi dengan jumlah penduduk yang semaki meningkat, yang akibatnya kebutuhan pangan juga terus naik.
Tantangan tersebut bukan saja masalah jangka pendek, tapi juga jangka panjang. Selain adanya pertumbuhan penduduk, masalah pangan juga dari urbanisasi, perubahan iklam yang menjadi tantangan buat pertanian, hingga ketersediaan air yang menjadi masalah dalam pertanian. Akhirnya tren harga di pasaran selalu naik. Masalah ketersediaan air juga serig terjadi di daerah saya, sehingga panen jadi berkurang. Terkadang kalau kekurangan air, bisa gagal panen juga.
Sebenarnya industri makanan dan minuman hingga peternakan memiliki peran yang sangat strategis dalam pengolahan komoditas pangan nasional. Tidak hanya dalam ketersediaan produk pangan, industri juga berperan dalam perluasan lapangan pekerjaan. Di bidang pertanian juga menyerap banyak tenaga kerja. Semoga saja petani semakin diperhatikan kesejahteraannya. Maka dengan kehadiran JFSS, semoga bisa selalu wujudkan ketahanan pangan nasional. Dukungan pendanaan berkesinambungan dijembatani melalui penerapan skema inovasi pembiayaan yang membuka sakses bagi para petani, peternak dan nelayan guna mendapatkan pemodalan baik dari perbankan maupun lembaga keuangan non-bank.
Terus di Jakarta Food Security Summit 4 ada apa saja?
Jakarta Food Security Summit (JFSS) yang merupakan kegiatan rutin dua tahunan yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan yang dipimpin oleh Franky O. Widjaja. Dimulai sejak tahun 2010, JFSS merupakan upaya berkesinambungan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan turut memenuhi sebagian kebutuhan pangan dunia. Tentunya JFSS ini telah menjadi wadah lintas sektor di mana swasta, pemerintah, organisasi masyarakat sipil, badan internasional, hingga para petani menyusun langkah terbaik untuk meingkatkan produktivitas pangan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani melalui praktik pertanian yang baik dan ramah lingkungan.
Di Jakarta Food Security Summit ini ada pameran pangan dari berbagai sektor, yang saya lihat ada dari Kelompok Kerja Kemitraan Ponpes, Kelompok Kerja Budidaya Produk Perikanan, Kelompok Kerja Unggas, Sapi Perah, New Japan Techology Project, Kelompok Kerja Kopi, Karet, Kelapa Sawit, Kakao, Hortikultura Cabe dan Bawang, Gula, Kentang, Jagung, Padi, hingga Kelompok Hortikultura Buah. Di pamerannya sendiri ada berbagai booth untuk mencicipi aneka olahan pangan dan buah-buah segar. Ada banyak hal yang bisa diketahui saat datang ke JFSS 4, dan ini menjadi moment perdana saya mengunjungi acara ini.
Jakarta Food Security Summit ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2010, tentunya dengan tema yang berbeda-beda, seperti:
- JFSS 1 diselenggarakan dari 28-31 Jauari 2010 di JCC dengan tema "Menuju Swasembada Yang Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk-produk Unggulan Menjadi Primadona Dunia". Gelaran pertama ini merupakan Feed Indonesia, Feed The World yang mencoba merumuskan strategi kebijakan pengembangan pangan yang tepat, bentuk kemitraan lintas pihak dalam pembangunan infrastruktur pendukung, penelitian dan pengembangan guna meningkatkan produktivitas pangan, praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan, pelibatan koperasi serta usaha mikro, kecil dan menengah.
- JFSS 2 diselenggarakan dari 7-8 Februari 2012 di JCC dengan mengangkat tema "Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk-produk Unggulan Menjadi Primadona Dunia". Tema utama yang diangkat adalah jaminan ketersediaan lahan bagi sektor pangan, baik pertanian, perkebunan, peternakan, juga perikanan yang didukung oleh ketersediaan serta keterhubungan infrastruktur pendukung, penguatan bidang pengembangan dan penelitian berbagai komoditas pangan unggulan, skema perpajakan yang kompetitif dan ketersediaan skema pembiayaan inovatif bagi para petani.
- JFSS 3 diselenggarakan pada 12-14 Februari 2015 di JCC yang mengangkat tema "Pemberdayaan Petani, Peternak, Petambak dan Nelayan melalui Wadah Koperasi untuk Mencapai Ketahanan Pangan". Berupaya merevitalisasi sosok dan peran koperasi sebagai perekat para piha yang berkepentingan dalam membangun ketahanan pangan Indonesia. Upaya ini diawali dengan memperkuat kompetensi sumber daya manusia, pelatihan praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan, manajemen pemasaran dan pengelolaan pembiayaan melalui koperasi.
- JFSS4 tentu saja baru selesai digelar pada 8-9 Maret 2018 di JCC yang mengambil tema "Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan". Program utama JFSS 4 ini terdiri dari 2 bagian, yakni seminar nasional dan pameran pangan nasional. Seminar melibatkan pemerintah dan berbagai narasumber yang ahli dibidangnya sebagai forum dialog dan transfer pengetahuan. Pameran pangan digelar sebagai media untuk memperkenalkan industri pangan mulai dari hulu hingga hilir kepada masyarakat luas.
Pameran pangan |
Sumber definisi ketahanan pangan: https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan
Ketersediaan lahan juga menjadi tantangan untuk petani zaman now. Karena, sekarang sawah di negeri kita banyak berkurang bukan karena hama, tapi karena pengembang.
BalasHapusPenting banget sih ini. Zaman repelita dulu aja fokus di ketahanan pangan ya.
BalasHapusSegar-segar ya sayur-mayur di JFSS. Semoga ketahanan pangan RI semakin meningkat :)
BalasHapusWahhh acaranya bagus tuh, aku juga liat...
BalasHapusudah saatnya memang kesejahteraan petani diperhatikan, melalui JFSS ini semoga programnya berkesinambungan ya mba..
BalasHapusKemarin lihat ada blogger yang update soal acara ini di sosial media, akhirnya bisa baca cerita lengkapnya di sini. Thanks for sharing mba :)
BalasHapussebagai negara agraris memang seharusnya Indonesia memiliki ketahanan pangan terbaik!
BalasHapusJFSS diadakan rutin dua tahunan, Smoga membuat profesi petani semakin diminati
BalasHapusMelalui JFSS semoga kesejahteraan petani meningkat dan pangan di Indonesia bisa swasembada gak usah impor kalau bisa ekspor ya ☺
BalasHapusWaaa berarti udh 8thn ya acara ini diselenggarakan setiap tahunnya. Semoga terus berlanjut di tahun2 berikutnya.
BalasHapusSemoga anak milenial masih melirik profesi petani. Aku juga pengin punya tanah dan jadi petani. Lalu bertanam ubi, jagung dan tomat.
BalasHapusMenurut aku penting nih event JFSS ini, supaya harga pangan nasional tetap stabil..
BalasHapusHasil pangannya seger2 banget, kualitasnya pasti sangat baik. Berharap swasembada pangan masyarakat semakin berkembang serta maju secara signifikan
BalasHapusLahan pertanian yang semakin sempit menjadikan kebutuhan pangan makin susah didapatkan
BalasHapusFood security memang pending bangeeet ya mba. Good that KADIN has this event..
BalasHapus