Perkembangan teknologi dan internet pasti memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan anak-anak, baik positif maupun negatif. Di satu sisi, perkembangan teknologi dapat membuka banyak sekali peluang untuk bisa belajar dengan lebih luas, yang memungkinkan anak-anak bisa mengakses informasi, mengembangkan keterampilan digital, hingga berinteraksi dengan dunia luar secara global.
Sebagai seorang Ibu 3 anak, saya sangat senang dengan perkembangan teknologi saat ini. Apalagi saat pandemi beberapa tahun lalu, biarpun tidak bisa sekolah tatap muka, media pembelajaran lengkap dan anak-anak juga masih mengikuti les pelajaran secara online. Apalagi dengan banyaknya berbagai konten edukasi yang bisa menambah pengetahuan anak-anak dengan lebih luas dan berkembang.
Namun, ada kalanya saya sebagai orangtua sangat khawatir, karena di satu sisi, perkembangan teknologi dan internet saat ini bisa membawa dampak negatif juga untuk anak-anak. Dimana, anak-anak sangat rentan sekali terpapar konten yang tidak sesuai dengan usianya, banyak konten yang berisi bullying, hingga kecanduan main game online bisa membuat anak-anak jadi tidak fokus belajar dan kesehatan terganggu karena kurang gerak.
Maka dari itu, sebagai Ibu saya menyadari pentingnya pengawasan digital dalam keseharian mereka. Saya mendampingi dan mengontrol penggunaan gadget dalam kesehariannya. Serta memilihkan konten-konten dan aplikasi apa saja yang aman untuk digunakan. Buat anak yang laki-laki yang sebentar lagi masuk SMP, daripada main games terus, saat ini saya mengarahkan dia untuk belajar membuat video edukasi dan belajar coding juga.
Dewis Akbar dan anak-anak di Garut
|
Dokumen Pribadi |
Ngomongin tentang Coding, jadi ingat dengan Dewis Akbar dari Garut Jawa Barat. Sama seperti saya yang lahir dan besar di Garut, Jawa Barat. Maka, senang sekali, ketika beberapa tahun lalu, bertemu dengan Dewis Akbar dalam sebuah event di Jakarta. Kebetulan, beliau sebagai narasumber dalam acara tersebut.
Dewis Akbar sebagai putra daerah, mampu menginspirasi anak-anak di Garut Jawa Barat untuk belajar tentang teknologi lebih mendalam. Bahkan Dewis Akbar juga mengajarkan sains berbasis digital kepada anak-anak didiknya di Garut, Jawa Barat. mendengar ceritanya ini, tentu saya bangga dan terharu, bahwa ada putra asli Garut yang mampu memperkenalkan dan mengajarkan karya sains berbasis digital kepada anak-anak nasional dan internasional.
Tentu, ini menjadi sebuah pengabdian kepada masyarakat dan mampu menjaga kearifan lokal, dengan ilmu teknologi yang dikuasainya. Sebagai lulusan IPB (Institut Pertanian Bogor) dalam bidang Ilmu Komputer, Dewis akhirnya memutuskan pulang ke Garut dan mengabdi untuk kota kelahirannya.
|
Sumber: Youtube SATU Indonesia |
Dewis sebagai seorang inovator muda asal Garut, bisa melihat sendiri bagaimana sekolah-sekolah tempatnya mengajar TIK masih belum memadai. Seperti di SDN 10 Regol, mereka belajar teori komputer, tanpa adanya praktek langsung. Tentu akan sulit untuk berkembang, kalau anak-anak tidak praktek langsung. Padahal di usia anak-anak masih dini, kalau diajarkan langsung, pasti akan cepat belajarnya.
Sama seperti waktu anak-anak saya tinggal di kampung halaman di Garut, mereka hanya belajar teori komputer, tanpa ada praktek sama sekali, sehingga saya membeli laptop yang harganya terjangkau untuk mereka bisa praktek langsung.
Melihat pendidikan di kota kelahirannya, terutama dalam bidang TIK masih jauh dari memadai. Maka, inilah yang menjadi langkah awal dari Dewis bersama rekannya untuk menciptakan gebrakan besar dalam dunia pendidikan dengan merancang Lab Komputer Mini yang menggunakan teknologi Raspberry Pi, sekaligus bisa membuka akses teknologi bagi anak-anak. Serta bisa menginspirasi mereka untuk belajar lebih jauh tentang teknologi.
Dengan memanfaatkan perangkat komputer yang sederhana namun efektif, Lab Komputer Mini ini memungkinkan anak-anak di garut untuk belajar dan berkreasi, tanpa perlu bergantung pada infrastruktur mahal. Melalui inovasi inilah, Dewis bukan hanya memberikan akses pendidikan digital, tetapi juga menumbuhkan semangat dari anak-anak untuk bisa menguasai teknologi sejak dini.
Sebagai penggagas Lab Komputer Mini di Garut, Dewis Akbar bukan hanya memberikan akses pendidikan digital, tetapi juga bisa menumbuhkan semangat anak-anak untuk menguasai teknologi sejak dini. Tentunya, kehadiran lab komputer ini menjadi contoh nyata, bagaimana satu ide dapat mengubah masa depan generasi muda, menjembatani kesenjangan digital dan membuka peluang baru bagi anak-anak di daerah yang sebelumnya terpinggirkan dari kemajuan teknologi.
Dampak positif kemajuan teknologi inilah yang diharapkan, sehingga anak-anak daerah juga mampu bersaing di masa depan dalam hal pendidikan digital, semakin maju dan anak-anak bisa lebih fokus belajar hal-hal positif, seperti belajar coding, sains berbasis digital dan pelajaran digital lainnya. Daripada terus main games online, lebih baik belajar cara membuatnya, pasti lebih seru dan bermanfaat untuk masa depan.
Dengan dedikasi Dewis Akbar sebagai penggagas Lab Komputer Mini, sekaligus memajukan pendidikan TIK di Garut Jawa Barat, akhirnya berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards Nasional pada tahun 2016 dari Astra. Ini menjadi langkah nyata bersama, berkarya dan berkelanjutan. Bahkan, selain pendidikan dasar komputer yang diajarkannya, tentu ini karya nyata yang berkelanjutan, dengan mendirikan STEAM Club Indonesia yang akan mengajarkan tentang Science, Technology, Engineering, Art, dan Math.
Dewis membimbing anak-anak belajar Coding
|
Sumber Youtube SATU Indonesia |
Perkembangan teknologi yang kian pesat, keterampilan dasar TIK memang sangat penting untuk anak-anak pelajari. Maka, STEAM Club Indonesia terus aktif dan bisa menjadi sebuah solusi untuk anak-anak di masa depan, setelah lulus dari SD bisa memiliki bekal keterampilan TIK. Bahan STEAM Club Indonesia juga mampu menorehkan karya di ajang nasional INAICTA.
Terus apa saja kegiatan di club ini?
Tentu banyak sekali kegiatan dari STEAM Club yang ada di Garut untuk memberikan ilmu dan pemahaman, selain belajar menjadi pengguna teknologi:
- Belajar tentang pemrograman, sekaligus memahami logika Coding
- Pembuatan aplikasi sederhana
Meskipun banyak sekali tantangan yang dihadapi, terutama karena minimnya perangkat, Dewis dan anak-anak tidak menyerah. Semua itu demi untuk perkembangan anak-anak di masa depan. Justru bisa memupuk solidaritas dan menciptakan kolaborasi. Dimana anak-anak yang sudah mahir, mulai mengajari teman-teman lainnya.
Seiring waktu berjalan, Dewis dan anak-anak mampu mewujudkan sebuah inovasi yang menggabungkan teknologi dan budaya tradisional, berhasil menciptakan aplikasi Saron Simulator atau dikenal Gamelan Elektronik. Jadi, ini tuh perangkat digital yang bisa membuat penggunanya belajar dan memainkan gamelan melalui komputer. Tentu ini bisa menjadi sarana belajar tentang budaya, musik tradisional dan teknologi. Pengguna yang lainnya juga bisa mengenal dengan baik gamelan.
|
Youtube SATU Indonesia |
Aplikasi Saron Simulator ini bisa menjadi inovasi yang bernilai tinggi, karena mudah dimainkan juga. Meskipun pembuatannya dari bahan sederhana, seperti aklirik dan papan kayu. Bahkan untuk menghasilkan suaranya, Dewis mengambil sampel suara gamelan yang asli dengan ponselnya. Aplikasi ini semakin berkembang dengan menambahkan instrumen lainnya, seperti jengglong, bonang, hingga gong.
Dengan inovasi digital inilah, penghargaan demi penghargaan didapatkan Dewis Akbar. Dirinya telah membuktikan bisa menghubungkan antara dunia digital dan kearifan lokal. Termasuk mendapatkan penghargaan dari Astra melalui SATU Indonesia Awards.
Maka dari itu, saya semangat untuk menuliskan cerita Dewis Akbar yang sama-sama orang Garut, dalam Anugerah Pewarta Astra, yang merupakan penghargaan yang diberikan oleh PT. Astra International Tbk kepada jurnalis atau pewarta yang berprestasi dalam bidang jurnalistik, khususnya yang berkaitan dengan kontribusi mereka dalam penyampaian informasi kepada masyarakat.
KESIMPULAN
|
Sumber Youtube SATU Indonesia |
Perkembangan teknologi saat ini ada dampak positif dan negatif. Supaya anak-anak terhindar dari dampak negatif, sebagai orangtua harus bisa membimbing dan mengarahkan anak-anak dalam berkreativitas. Seperti Dewis Akbar yang mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra, karena melalui karya dan inovasinya dalam digital dan kearifan lokal. Sehingga bisa mengajarkan anak-anak sebagai generasi bangsa yang memiliki potensi besar untuk dipupuk sejak dini. Agar anak-anak dapat mengukir masa depan yang lebih cerah.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan memberikan komentar. Mohon maaf link hidup dan spam akan otomatis terhapus.